Ketika
Sira Brahmana beryoga, adalah Ratu Bali yang
bernama Ki Mpu Witadharma yang memerintah di
Kuntuliku. Beliau mempunyai putra bernama Ki
Mpu Wiradharma. Kemudian Mpu Wiradharma menurunkan
Ki Mpu Lampita, Ki Mpu Ajnyana dan Ki Mpu Pastika.
Ki Mpu Lampita menurunkan Ki Mpu Kuturan dan
Mpu Pradah. Ki Mpu Ajnyana menurunkan Ki Mpu
Panabda. Ki Mpu Panabda diajak tinggal di Padang
dan pindah dari Jawa, tetapi Mpu Pradah tidak
ikut.
Kemudian Ki Mpu Panabda kemenakan dengan Mpu
Kuturan dan Mpu Panabda menurunkan Ki Mpu Jiwaksara.
Mpu Jiwaksara menurunkan Ki Mpu Ketek yang nantinya
melahirkan Arya Tatar. Arya Tatar menurunkan
Ki Patih Ulung, Putra Ki Patih Ulung yang bernama
Ki Semar ini kawin dengan Ni Wredani dan melahirkan
Ki Langon, Ki Langon inilah menurunkan Ki Pasek
Gelgel, Ki Pasek Denpasar dan Ki Pangeran Tangkas.
Keturunannya ini yang nantinya memerintah di
Bali lebih-lebih pada jayanya Majapahit.
Pada saat Ki Mpu Bradah ini memerintah, diangkatnya
Sengguhu di Kuntuliku. Mpu Bradah ini sangat
gaib dan selalu beranjangsana ke Jawa dan ke
Bali sehingga diperingati dengan adanya Sugian
Jawa dan Sugihan Bali. Mantra, japa, jampi dari
Hyang Iswara. Jampi-jampi Hyang Wisnu untuk
diucapkan demi keselamatan dunia. Dalam hal
ini dilengkapi dengan sarana pecaruan sajian.
Tersebutlah Bhatara Brahma berputra Bhatara
Gni Jaya yang berstana di Besakih yang nantinya
menurunkan 5 orang putra yang bernama Sira Wang
Bang Sidhimantra.
Sabtu, 30 Januari 2016
MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI
Kembali
kepada Mpu Gni Jaya yang menurunkan Sapta Rsi, kawitan (leluhur)
langsung dari Maha Gotra Pasek, Tangkas dan Bendesa (MAHA GOTRA PASEK
SANAK SAPTA RSI), yang juga merupakan kawitan (leluhur) langsung dari
“Kaki Bongol dan Kaki Djelantik” dan sapretisentananya.
Mpu Gni Jaya mempunyai putra 7 orang atau yang sering disebut Sapta Rsi diantaranya :
Mpu Gni Jaya mempunyai putra 7 orang atau yang sering disebut Sapta Rsi diantaranya :
Jumat, 29 Januari 2016
Piodalan Ring Pura Dadia
Warga Pasek Gelgel Desa Kaliakah pada tiap rahinan Budha Umanis Julungwangi,selalu melaksanakan piodalan suci yang di sungsung oleh seluruh warga umatnya.Piodalan tersebut biasanya dilaksanakan dengan skala yang berbeda.Apabila pada hari H setiap perayaan jatuh pada bulan purnama,maka yadnya yang dilaksanakanpun berada pada tataran tertinggi ato nyejer.
Langganan:
Postingan (Atom)